Kamis, 03 Desember 2015

Bulan Di Ujung Cemara

Yah, ternyata postingan kali ini berawal dari unsur tergesa-gesa, ketidaksengajaan, dan keterpaksaan dari salah satu dosen untuk membuat tugas cerita pendek dengan judul "Bulan Di Ujung Cemara". Padahal tugasnya sudah disampaikan minggu lalu, ya biasa lah yaa namanya juga mahasiswa.. tapi saya baru mengerjakan H-1 jam sebelum dosen masuk ke kelas untuk menagih tugas ini, dan tidak sangat percaya kepada diri saya sendiri, akhirnya saya berhasil mengarang bebas dalam kurun waktu kurang dari 1 jam sebuah cerpen maha karya dibuat dengan  keringat dan susah payah karena mengingat dosen akan masuk 1 jam lagi ke kelas saya. Langusng dengan seketika dosen masuk ke kelas untuk menagih hutang piutang, dan tidak dipungkiri teman-teman sekelas saya meminta saya untuk maju ke depan kelas untuk membayar lunas hutang saya. Yaudah saya langsung baca aja cerpennya. Ini dia isinya:



Bulan Di Ujung Cemara

Aku diam, engkau diam, kalian diam tanpa kata.
Entah kenapa semua manusia dan makhluk lainnya seolah membisu dan kabur dari pandanganku ketika aku sedang tertidur.
Disaat aku terbangun dari tidurku dan berusaha membuka mata dan berusaha untuk menggerakkan seluruh jiwa dan ragaku, tiba-tiba aku diterangi oleh sinar bulan sehingga cahaya yang terang benderang tersebut mengalahkan kegelapan di malam hari.
Di bawah bulan tersebut tampak sebatang pohon cemara yang hamper akan menusuk jantung dari bulan tersebut.

Disaat aku menoleh ke kanan, aku melihat seorang wanita yang tampak samar-samar wajahnya. Entah mengapa wajah wanita itu samar-samar sehingga aku tidak sedikitpun mengenali wanita itu, mungkin saat ini sudah larut malam, ataukah mungin aku masih mengantuk?
Setelah aku sepenuhnya sadar dari tidurku, aku sangat kaget tidak kepalang, ternyata wanita itu adalah seseorang yang sangat aku sukai.
Hanya bulan di ujung cemara yang dapat mengisyaratkan maksud kita berdua disini, maksud yang tersembunyi pada masing-masing hati kita disini.
Sebenarnya aku ingin mengungkapkan kepadanya bahwa sekarang aku ini jomblo, dan aku ingin menjadi kekasihmu, sebenarnya aku tahu bahwa engkau juga ingin mengungkapkan sepatah-duapatah kata bahkan berjuta-juta patah kata kepadaku.
Aku tahu kita saling menyukai, aku merasakan sinyal-sinyal cinta yang begitu kuat darimu, seolah-olah engkau adalah tower sebuah operator ketika berada di sampingku sehingga kekuatan sinyal ini melesat tanpa batas.
Lalu aku mencoba mengatakan langsung to the poin tanpa basa-basi kepadanya, bahwa “Aku suka kepadamu, aku saying kepadamu, aku ingin engkau menjadi bagian dari hidupku wahai wanita yang tadi wajahnya samar-samar sehingga aku tidak mengenalimu, maafkan aku hehehe”.
Lalu, setelah Ia mendengar perkataanku yang aku utarakan dari hati, Ia menjawab “Terimakasih kamu sudah menyukaiku, menyayangiku. Tapi….. maaf Alaudy, aku nyaman menjadi hanya sekedar teman denganmu saat ini”.
Setelah aku mendengarnya, aku merasakan panas dari arah bulan itu. Ternyata benar apa yang dilihat oleh mata kepalaku sendiri bulan yang berada di depanku terbakar hangus oleh api yang sangat membara.
Tetapi dengan jawaban dia yang seperti itu, aku tetap berusaha untuk ikhlas dan berusaha mencoba untuk professional sambil tersenyum menanggapi jawabannya dan kemudian aku terdiam tanpa kata.
Disaat perasaan aku yang seperti itu, dia melanjutkan jawabannya ”Ya, aku nyaman menjadi sekedar teman denganmu. Maksudku, aku nyaman menjadi teman hidupmu, Alaudy”.
Aku sangat tercengang dengan jawabannya, rasanya sedih tapi ingin tertawa, seolah-olah bulan yang tadinya terbakar, disiram oleh air sehingga tidak sedikitpun tampak api yang menyala pada bulan tersebut.

Lalu, yang aku rasakan dan aku lihat bulan itu menjadi sebuah kelopak bunga yang mekar dan sangat indah. Aku sangat senang sekali mendengarnya.
Karena sudah larut malam dan mata sudah semakin berat, aku pulang dengannya dengan bahagia sambil membawa seribu satu kisah bulan di ujung pohon cemara.



Happy blogging menn, just for fun 

Tidak ada komentar: